~~~~~~~~~~Fille~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~Fille~~~~~~~~~~~~
nuri

Sabtu, 28 September 2013

CINTA DIBALIK KUAS & PENA Part 4


Hari yang ditunggu tunggu bagi kelas XII akhirnya tiba, semua kelas XII dengan seragam yang rapih satu persatu memasuki ruang ujian, Digta yang baru memasuki gerbang sekolah tiba tiba disuruh berhenti oleh Pak Satpam,

“Ada apa Pak?? Ko bapak suruh saya berhenti?”” tanya Digta sambil membuka helmnya
“Ini lo..masalah surat itu, Bapak sudah gak nerima lagi surat yang ditipkan buat kamu, yaa karena kelas XI banyak libur jadi dia udah gak nitipin lagi!!”
“ya udah lah Pak, saya udah tau Kok siapa cewek misterius yang suka ngasih saya surat itu!!” Jawab Digta sambil menepuk pundak Pak satpam
“OHH...Jadi kamu udah tau kalu Nadin yang suka ngirimin kamu surat itu..” syukurlah kalau kamu sudah tau..!!”
“Tungu Pak.. tadi Bapak bilang ‘Nadin’??” Digta sempat bingung
“ia...Nadin kelas XI IPS 2 yang menang lomba lukis dengan kamu..” jawab pak satpam
“lohh..bukannya Nita  yang suka ngirim saya surat itu!!” Nita bilang sendiri loh Pak kalau dia yang suka ngirimin saya surat” Digta masih heran kemudian ia turun dari motornya
“ah, Nita mana lo kamu ini??” mungkin dia pura pura ..orang yang suka ngirim kamu surat itu Nadin ko..!! “ lebih baik..kamu temui Nadin setelah  selesai ujian nanti, kamu tauu?? Nadin itu suka sama kamu!!”  
“wahhh..bener bener ya si Nita,,,somplak tuh cewek..!!” ia Pak terima kasih nanti saya temui Nadin”

Akhirnya kebenaran terungkap, Digta sebenarnya tidak percaya 100% kalu Nita yang suka mengirimnya surat, ia merasa sudah di tipu oleh Nita yang selalu saja berusaha agar dia menjadi pacarnya. Setelah Ujian Nasional selesai Digta terlebih dahulu menemui Nita, Nita yang sedang duduk diteras rumahnya langsung mendekap Digta yang baru turun dari motor, dia tidak tau kalau Digta sedang marah padanya, kemudian Digta melepaskan pelukannya dengan kasar,

“Nit, aku kecewa ya sama kamu!! Apa maksud kamu berpura pura mengaku kalau kamu yang suka ngirimin aku surat tiap pagi!!” Digta marah pada Nita
“ememm..maafin aku Dig, aku tau aku salah..maafin aku??” Nita meminta maaf sambil menangis
“lebih baik kamu minta maaf sama Nadin, teman kamu sendiri, karena kamu udah mengakui karya orang lain!! Ingat Nit..jangan harap kita bisa ketemu lagi!!” Digta melepaskan tangan Nita dengan kasar dan langsung pergi, Nita terus berteriak mengejar Digta yang terus melaju tapi Digta menghiraukannya. Usai menemui Nita Digta langsung menuju Sanggar untuk menemui Nadin, ia tau Nadin sedang berada di sanggar karena hari itu tepat hari sabtu jadwal kegiatannya, sesampainya di sanggar Dengan masih memakai helm Digta berlari keruangan tempat biasa Nadin melukis, langkahnya kemudian terhenti saat ia berpapasan bertemu dengan Pak Yanto pemilik sanggar Lukis Bambu. Melihat Diigta yang seperti kebingungan  mencari sesuatu Pak Yanto bertanya,

“heii..kamu ini kenapa ?? datang lari lari terus kaya orang kebingungan..” tanya Pak yanto heran
“ehh Bapak, ini lho Pak saya mencari Nadin, dia dimana ya Pak??
“ohhh..tadi Bapak liat Nadin sedang melukis di taman belakang!!” jawab Pak yanto sambil menunjuk , Digta langsung pamit dan lari menuju taman,dari kejauhan Digta mulai berjalan pelan mendekati Nadin dengan membawa kanvas yang masih putih, ia gugup dan bingung harus bagaimana mengawali pembicaraanyya, sementara Nadin terus saja melukis dan menghiraukan kedatanganya. Digta mulai melukis bersebelahan dengan Nadin, kemudian ia mengawali pembicaraannya dari sebuah kuas,

“hemm Nad, aku lupa nihh gak bawa kuas andalanku,..apa aku boleh pinjam kuas kamu??” Digta meminjam kuas dengan perasaannya yang masih gugup dan sedikit malu
“boleh..nihh!!” Nadin memberikan kuasnya tanpa melihat kearah digta, kemudian ia melanjutkan melukis
“Nad, makasih ya...aku suka puisi puisi yang selalu kamu kirim tiap pagi.” Digta mengawali pembicaraannya sambil terus melukis. mendengar itu, Nadin langsung diam dan berhenti menggoreskan kuasnya.
“Kak Digta..Kak Digta udah tau kalau aku yang suka kirim puisi puisi itu?” tanya nadin sambil melihat ke arah Digta
“iyaa, Kakak tau dari Pak Yono..dan aku harap kamu bisa memaafkan Nita!!’
“ Nita???? Tanya Nadin kaget
“ia..Nita, soalnya dia udah mengakui puisi puisi karya kamu yang selalu kamu buat untuk aku!!, dan aku pastiin mulai saat ini aku gak bakalan ketemu lagi sama cewek kaya dia.!!”
“ jadi, Nita berpura pura kalau dia yang suka ngirim puisi ke Kak Digta?? Ya alloh..kenapa Nita tega lakuin itu sma aku...hemmm..tapi aku maafin dia kok..!!” Nadin mulai tersenyum ia merasa senang sekali karena semuanya hanya salah paham, ia langsung berfikir kalau Kisah cerintanya dengan Digta belum berakhir.
“kamu baik banget Nad, ...o yah, kata Pak yanto kamu suka melukis dimalam  hari sama Kakek kamu yahh?”  
“heemmm..iaa!!
“kalau gitu boleh dong entar malem aku ikut melukis bareng kalian, soalnya..aku belum pernah ngelukis malem malem, hiiihihi..!!”
“ia boleh ..” jawab nadin dengan gembira.

Seperti akan kedatangan seorang pacar tepat dimalam minggu, Nadin menghabiskan waktunya satu jam dikamar hanya untuk berdandan, dengan mengenakan  blus sebatas lutut berwarna mocca dan di lapisi cardigan berwarna putih serta plat shoes yang juga berwarna putih Nadin begitu terlihat cantik dan anggun sehingga orangtua dan Kakeknyapun kaget melihat Nadin yang biasanya hanya memakai kemeja kotak kotak dan rompi yang bahkan  jarang dia ganti. 
 3 alat lukis telah tertata di taman depan rumah, saat Nadin membawa beberapa kue keluar rumahnya,  Digtapun akhirnya  datang, setelah membuka helmnya Digta langsung terpesona melihat Nadin yang beda banget malam itu, namun Nadin hanya tersenyum. Nadin, Kakeknya dan Digta menghabiskan malamnya  hanya untuk melukis, posisi melukis Digta dan Nadin yang saling berhadapan membuat mereka saling curi pandang satu sama lain, sang Kakek hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Setelah selesai melukis mereka memperlihatkan  hasil lukisannya,  posisi berhadapan itu ternyata menginsfirasikan lukisan mereka, Diam diam Digta melukis wajah Nadin, dan Nadin juga melukis wajah Digta. Setelah mereka mengetahui itu mereka hanya tertawa kecil. Tak terasa malam semakin larut, sebelum pamit pulang Digta mengajak Nadin untuk ngobrol sebentar di teras rumahnya, “Nad, makasih ya..malam ini bener bener berarti banget buat aku” ujar Digta sambil menunduk malu, “ia...semuanya juga gak bakalan berarti kalau Kak Digta gak dateng kesini”Mereka berdua saling tatap dan tersenyum. 

“Nad, Aku denger..kamu jadi panitia perpisihan kelas XII juga ya??”. “ia Kak..dan besok lusa aku udah harus kesekolah buat bantuin nyiapin semuanya.” Jawab Nadin dengan nada pelan. “hemmm..gak kerasa banget ya, udah 3 tahun aku belajar di SMAN 9, dan sekarang udah mau keluar..” ujar Digta
“Kak, ka Digta mau ngelanjutin kuliah atau kerja??” Tanya Nadin yang sudah mulai berani menatap Digta
“insyaalloh aku mau kuliah ke Bali, dan ngambil fakultas pendidikan Seni Rupa.”
“loh..bukannya di Yogya juga ada ya universitas yang jurusannya Seni Rupa, kenapa harus jauh jauh ke Bali Kak?”
“heemm Kamu tau..??”kadang hidup itu harus seimbang, jika disini kita merasa sukses dan banyak dikenal orang, maka kita juga harus ngerasain kebalikannya, dengan tinggal di daerah lain atau di negara lain yang kita tidak tau. lagian aku tuh cinta banget pulau bali dan kota istimewa ini, karena keduanya memiliki kebudayaan dan seni yang begitu kental. Karena itulah  aku ingin mencari ilmu disana...,  kamu ngerti kan??” jelas Digta panjang lebar yang kemudian mengusap rambut Nadin yang terurai.
“iaa..aku ngerti Kak, daann..selain disana Kak Digta nyari ilmu, pasti Kak Digta juga mencari cinta kan?? Eh, Uppss ..hihhii “ ujar Nadin keceplosan kemudian ia berpaling muka karena malu.
“ahahha...kamu inget inget ucapan aku ini ya,,, Aku di Bali cuma mencari ilmu dan aku akan kembali ke Yogya untuk mencari cinta!!” kamu simpen tuh ucapan Aku tadi di memori kamu,,”
“iihhh ia..aku simpen baik baik ucapan Kak Digta tadi.” Nadin dan Digta saling senyum.
“Nad, besok abis kegiatan lukis di sanggar aku mau ngajak kamu ke sesutau tempat..bolehkan?                                                                                                        
“emmm..iyaa Kak boleh,! dengan senang hatI Nadin menerima ajakan Digta.
Tak terasa malam semakin larut, Digta menyuruh Nadin masuk kerumahnya dan ia pamit untuk pulang. Nadin melambaikan tangannya ketika Digta pergi, Setelah masuk ke kamar Nadin melihat poto Digta ia berfikir kisah cerita kebersamaannya dengan Digta akan benar benar berakhir setelah Digta pergi ke Bali untuk kuliah, namun Nadin teringat ucapan Digta waktu ngobrol di teras, ia akan kembali ke Yogya buat mencari Cinta, Nadinpun berharap semoga cinta yang Digta cari itu  adalah dirinya sendiri.

                                        ........................................

Jumat, 27 September 2013

CINTA DIBALIK KUAS&PENA Part 3


Keesokan harinya setelah sampai disekolah Nadin tidak melihat Pak Satpam yang biasanya selalu berdiri mengawasi murid murid yang masuk dengan mengendarai kendaraan, setelah lama mencari akhirnya Pak Satpam datang menuju Pos, ia meminta maaf pada Nadin karena harus keruang piket memberikan surat dari salah seorang murid yang tidak masuk. Tak lama setelah Nadin memberikan surat, Digta datang ia berhenti pas di depan Pak Satpam yang masih ngobrol dengan Nadin,  Nadin kaget setelah melihat Digta datang,  tanpa mengucapkan salam pada Pak Satpam ia kemudian langsung pergi dengan langkah cepat karena ia gak mau Digta curiga.
Belum sampai meuju ruang kelas Nadin melihat murid murid berkerubunan di depan mading yang tak jauh dari kelasnya. Ia kemudian melihatnya, ternyata ada sebuah pengumuman lomba melukis antar sekolah se Yogyaakarta yang akan di laksanakan minggu depan di Gedung pameran terbesar di Yogyakarta. Setelah membaca pengumuman Nadin segera pergi ia merasa sesak dan engap bila terus berada di tengah tengah kerubunan banyak orang. Saat berjalan menuju kelas Sofi dan Nita memanggil Nadin,
“Naaddd....wait!!” Teriak Nita dengan suara cempreng nya..memanggil Nadin
“Hei Kalian..kalian baru dateng yaa??” jawab Nadin sambil memasukan hand phone nya kedalam tas
“udah dari tadi, kita abis liat pengumuman, kamu udah liat Nad??” tanya Sofi
“ahh  mau udah liat ataupun belum dia   pasti gak bakalan ikut perlombaan nya..!! ia kan Nad?” Tanya Nita sambil mengipas ngipas rambutnya..
“Aku udah liat pengumumannya ko..” jawab Nadin
“Nad udah kamu ikut aja, kamu kan jago ngelukis di tambah lagi kamu ikut kegiatan ngelukis di sanggar!” apalagi yang buat kamu gak yakinn buat ikut perlombaannya??” Sofi meyakinkan Nadin agar ia bisa ikut lomba
“ia Nad...aku aja yang ga jago jago amat ngelukis mau ikutan lomba!!” ujar Nita sambil terus mengipas ngipaskan rambut nya..
“HAHH?? Sofi dan Nadin kaget, karena baru pertama kali ini Nita megikuti perlomabaan,
“Biasaaa ajaa Jenggg...!!” mulut kalian bau tau..tadi  pagi pada gosok gigi gak siihh??’ Nita menjawab dengan candaannya.
“Ok Nad pokoknya kamu harus ikutan,  kalian berdua pasti aku dukung..dan kalau entar diantara kalian ada yang  menang berarti haruss siap nelaktir..!!” ujar Sofi sambil memegang tangan kedua temannya itu.
“ya ya....aku ikutan lomba!!” Nadin menjawab dengan sedikut ragu.

Nadin mengikuti perlombaan bukan karena ia mendengar Nita yang juga akan mengiikuti perlombaan, ia merasa kalau inilah saatnya ia menunjukan bakatnya pada semua orang, dan hanya sebuah apresiasi yang ia inginkan.
Sepulang sekolah Nadin di panggil oleh Pak satpam, melihat wajah Pak satpam yang terlihat senang Nadinpun segera menghampirinya, “Cah ayuuu ini ada balasan surat dari Digta, waktu jam istirahat dia memberikan surat ini pada Bapak” ujar Pak satpam sambil memberikan suratnya. “ Ya ampuun Pak aku seneng bangett,  akhirnya Kak Digta membalas suratku, terima kasih ya Pak??” Dengan perasaan senang ia mengucapkan banyak terima kasih pada Pak satpam. Dia memutuskan untuk membacanya di rumah, sesampainya dirumah Nadin dengan cepat membuka sepatunya karena ia sudah tidak sabar untuk membaca surat balasan itu. Dengan bersandar di jendela kamarnya yang terbuka iapun langsung membaca Surat balasan dengan amplop berwarna Mocca bergambar boneka Teddy bear itu .

From,
Cewek misterius berinisial ‘N


Maaf sebelumnya aku gak pernah balas puisi puisi kamu, karena aku gakbisa membuat puisi dan sama sekali gak suka puisi, tapi setelah aku baca puisi pertama yang kamu kirim aku mulai menyukainya hingga aku semangat setiap kali membaca puisi puisi yang setiap pagi kamu kirim.
Aku gak tau apa maksud kamu ngirim puisi setiap pagi sama aku!
Puisi harapan, puisi perkenalan, puisi penyemangat, hingga puisi cinta, apakah dengan cara itu kamu memperkenalkan diri kamu sekaligus mengungkapkan rasa suka kamu sama aku??
Tapi sungguh, itu cara yang yang membuat aku takjub sama cewek seperti kamu,

            Puisi yang selalu menyemangatiku bahkan menyadarkanku pada satu hal. Dan..buat kamu si cewek misterius, dengan senang hati aku akan terus menerima surat surat yang kamu kirim. Aku harap kita bisa bertemu secepatnya.

                                                                                               Dear,
                                                                                              Digta                                                                     
Setelah membaca surat itu, Nadin langsung melemparkan tubuhnya ke tempat tidur, kemudian ia terus memeluk erat surat itu.
Kini malam tak lagi mendung dan turun hujan seperti malam sebelumnya, Kakek Nadin mengajaknya untuk melukis di luar rumah seperti yang biasa mereka lakukan. Setelah lumayan lama mereka melukis sang kakek mulai merasa aneh melihat cucu kesayangan nya melukis sambil senyum senyum,
“hei..kamu kenapa, kakek perhatikan sepepanjang melukis kamu senyum senyum terus,” ada apa ..kamu lagi seneng??” coba cerita sama kakek,” tanya kakek sambil  membersihkan kuasnya
“hemmm ia kek, Nadin lagi seneng karena Nadin udah mulai berani mengikuti lomba”
“Lomba melukis??” kamu serius?’ lomba melukis dimana?” Tanya kakek dengan wajah senang
“ia..Kek aku serius, lomba melukis antar sekolah se Yogyakarta tempatnya gedung pameran. Dan besok juga udah mulai seleksi, ”
“bagus cucuku..kakek senang sekali mendengarnya, kamu harus ingat menag ataupun kalah itu sudah jadi hal biasa, dengan kamu terpilih menjadi perwakilan sekolah saja pasti teman temanmu bangga dengan kamu” ujar sang kakek sambil memeluk cucu kesayangannya.
“ia kek Nadin akan berusaha memberikan yang terbaik, Nadin ingin membuat Kakek bangga sama Nadin. Dan kalau Nadin menang, Nadin akan mempersembahkan kemenangan Nadin nanti untuk kakek. Ujar Nadin sambil memeluk erat kakeknya..
Bagi Nadin tak ada seorangpun pembimbing lukis terhebat kecuali Kakeknya sendiri.

Siang Hari setelah pulang sekolah ruang aula mulai di penuhi oleh peserta yang sedang  mendaftar  untuk mengikuti seleksi lomba, setelah proses pendaftaran selesai hampir 26 orang yang mengikuti seleksi, mereka langsung menyiapkan alat lukis mereka  masing masing. Sebelum itu Mereka di beri arahan oleh kesiswaan tentang teknik dan tema lukisan. Setelah 15 menit diberi arahan, Kesiswaan dan guru seni rupa telah menyepakati kalau para peserta harus melukis dengan tema ‘KORUPSI’ . Dengan berbagai jenis aliran lukisan masing masing semua peserta mulai melukis. Tak berpikir panjang Nadin langsung melukis dengan mengikuti aliran Kakeknya yaitu ilustrasi, meskipun sebenarnya Nadin lebih suka aliran realis, tetapi ia yakin bisa melakukannya. 3 jampun berlalu, semua peserta telah selesai melukis dengan hasil yang bagus. Nadin sendiri melukis ilustrasi sebuah kursi jabatan yang di letakan di atas tumpukan lembaran uang dolar dan di kelilingi tikus tikus hitam berdasi, menututnya lukisan yang dia buat sangat sesuai dengan tema.  
Dari mulai pendaftaran sampai selesai melukis, Nadin tidak melihat Nita, ia nungak nengok sebentar ternyata  Nita berada di posisi paling depan, dari kejauhan ia melihat Nita sedang ngobrol dengan seorang cowok disampingnya yang entah siapa. Selama setengah jam proses penilaian lukisan, akhirnya Kesiswaanpun mengumumkan 2 pemenang lukisan terbaik yang lolos. Semua peserta yang mengikuti seleksi mulai tidak sabar untuk mengetahui siapa yang lolos, begitu juga Nadin yang dari tadi mengusap telapak tangannya yang terus berkeringat karena ia berharap ia yang lolos. “Yang lolos seleksi untuk menjadi perwakilan sekolah di lomba lukis se Yogyakarta adalah..Nadin Aubel Liyunda dari kelas XI IPS 2 dan Digta Pandawa Setyo dari kelas XII IPA 2.” Kesiswaan mengumumkan dengan suaranya yang lantang dan keras..
            Setelah mendengar hasilnya Nadin langsung terdiam kaku, ia tidak menyangka kalau Digta mengikuti seleksi dan lolos seleksi dengannya. Saat itu juga Nadin langsung berfikir pasti akan ada banyak cerita yang terkisah diantara mereka berdua pada nantinya. Mereka diminta kesiswaan maju kedepan aula untuk diberi selamat sekaligus menyerahkan rompi dan topi yang akan mereka kenakan saat lomba lukis dilaksanakan. Didepan aula terlihat jelas wajah mereka yang begitu senang, karena mereka akan  mengikuti lomba pertama mereka sebagai perwakilan sekolah.
3 hari sebelum lomba dilaksanakan Nadin dan Digta harus berlatih dan menerima pengarahan setiap pulang sekolah. Diruangan kelas yang kosong hanya ada mereka berdua dengan di temani seorang pembimbing yang hanya keluar masuk ruangan melihat mereka melukis.
“Gak nyangka banget ya Kak...kita bisa lolos menjadi perwakilan sekolah!!” Ujar Nadin sambil terus menggoreskan kuasnya ke kanvas.
“yaa..Kalo aku sih udah nyangka sebelum ikutan seleksi juga, pasti aku lolos” jawab Digta dengan juteknya..
“ihh Kakak sombong bangett..!’ jelas lah Kak Digta bakalan lolos, di sanggar kan Kak Digta pelukis terbaik yang sering mendapatkan penghargaan”
“iyaa...tapi disekolah, kita pelukis yang terbaik!! Benarkan..??’ Digta menoleh ke arah Nadin sambil tersenyum, 
"iyaa Kak, dan kita juga harus memberikan yang terbaik untuk sekolah" 
Dalam 3 hari itulah  mereka jadi lebih akrab, saat sedang berlatih Nadin selalu mengajak Digta bercanda, sehingga ia tertawa lepas, Nadinpun terpaku melihat senyuman dan tawa Digta yang baru pertama kali ia lihat. dan mereka juga jadi suka pulang bareng. 
Lomba melukis antar sekolah se Yogyakarta akhirnya mulai di selenggarakan, sekitar 82 orang perwakilan dari tiap sekolah serempak menggunakan topi dan rompi yang sama. Setelah 20 Menit acara pembukaan, Ketua Pelaksana perlombaan menjelaskan  bahwa waktu melukis para peserta Maximal hanya 4 jam dan bertema lukisan “Love Java”, 2 orang dari tiap perwakilan sekolah juga harus melukis dengan aliran yang satu realis dan yanng satu lagi surealisme. Nadin dan Digta memiliki nomer peserta 19 dan 20 sehinggga posisi mereka bersebelahan, 5 menit lomba lukis dimulai Nadin masih berfikir, dia bingung harus melukis apa, Digta yang sudah mulai menggoreskan kuasnya  melihat Nadin yang yang masih bingung,

“Nad, kamu kenapa??” yang lain sudah pada mulai kamu masih aja  pelangak pelongok”
“Kak..aku bingung nihh harus melukis dg judul apa??” Jawab Nadin sambil menggaruk garukan kepalanya
“Kakak melukis aliran surealis kamu yang melukis aliran realis, sekarang coba kamu pejamkan mata, kamu rasakan dan pikirkan tentang Jawa atau kota istimewa yang kamu cintai ini” ujar Kak digta sambil memegang tangan Nadin, Nadinpun memejamkan matanya dan berfikir.
“aku tau Kak!!, aku tau apa yang harus aku lukis” Nadin membuka mata dan langsung menggenggam kuasnya kemudian iapun mulai melukis.
Cara digta yang seperti itu selalu ia ajarkan pada anak anak yang baru belajar melukis di sanggar. “melukis dengan perasaan dan fikiran yang tenang akan serasa berada di surga khayalan”. Ujar Digta sambil melihat ke arah Nadin, dan Nadinpun tersenyum.
 4 jampun berlalu, semua pesrta diminta untuk membereskan alat lukisnya masing masing. Nadin merasa puas dengan hasil lukisnya yang ia beri judul “Tarian Bedaya Keraton Yogyakarta”, Yang melukiskan 9 orang penari di kraton Yogya dan 11 orang pengiring alat musik yang di tonton oleh puluhan tamu tamu penting dari Eropa.Tak kalah dengan Digta, Digta juga melukis dengan judul “Prajurit kraton Yogyakarta”. Hasil lukisan di tilai dan di apresiasi oleh pelukis pelukis ternama di Yogyakarta selama satu jam kemudian hasil pemenang juara 1,2,3 lukisan aliran Surealisme dan pemenang juara 1,2,3 lukisan aliran Realis di umumkan. Nadin dan Digta dengan di dampingi kesiswaan dan Guru seni rupa saling berpegangan tangan dan tak henti hentinya berdoa, berharap mereka bisa menjadi pemenang dan membawa nama baik sekolah. 
“Baiklah para hadirin semuanya kita langsung umumkan pemenang juara pertama lomba lukis aliran Surealime antar SMA/SMK/sederajat adalah........Digta Pandawa Setyo dari SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan judul lukisan Prajurit Kraton Jogja.” Dan Juara pertama lomba
lukis aliran Realis adalah Nadin Aubel Liyunda dari SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan judul Lukisan Tarian Bedaya Keraton Yogyakarta.” Seorang laki laki berjas hitam mengumumkan pemenang perlombaan lukis dengan semangat.
Tangan yang tadinya saling berpegangan lalu terlepas setelah mendengar kejuaraan diumumkan, Digta yang terkejut dan senang langsung memeluk Nadin dengan erat, Nadin hanya diam dan perlahan ia mengeluarkan airmata bahagianya, saking senangnya Digta tak sadar kalau ia telah memeluk Nadin lumayan lama lalu iapun  melepaskan pelukannya dan meminta maaf.
Tepat hari Senin setelah upacara selesai, semua murid tidak langsung kembali kekelas karena mereka harus menyaksikan penyerahan piala kejuaraan lomba lukis kepada sekolah. Nadin dan Digta dengan seragam yang rapih berjalan ketengah lapangan dengan membawa piala yang cukup besar, mereka berdua sangat bangga bisa menyumbangkan piala penghargaan dari hasil bakatnya. Nita yang berada di barisan merasa kesal dan cemburu melihat kedekatan Nadin dan Digta, namun Sofi berusaha menenangkan dengan mengusap pundaknya.
 Dan sekarang di kelas Nadin menjadi pusat perhatian teman temannya, wali kelas Nadin juga merasa bangga denganya ia berharap supaya Nadin terus membawa nama baik bagi sekolah, dan kelasnya. Namaun bagi Digta itulah kali pertama dan terakhir ia menyumbangkan piala penghargaan dari hasil bakatnya pada sekolah, karena ia sudah kelas 3 dan sudah harus fokus dengan Ujiannya yang tinggal beberapa minggu. Selama 2 Minggu kelas 3 mengikuti pelajaran tambahan yang akan diujinakan akhirnya Ujian Praktikum dan Ujian Sekolah telah berakhir, kini kelas 3 hanya tinggal mengikuti Ujian Nasional, namun 2 hari sebelum ujian Nasional dimulai Digta berniat untuk mengetahui siapa sebenarnya cewek yang suka mengirim surat tiap pagi padanya, pulang sekolah Digta menghampiri Pak Satpam yang sedang duduk sambil membaca koran,

“Selamat siang Pak..Yono?? tanya Digta so akrab
“eh, Digta..selamat siang jugaa..” jawab Pak satpam dan langsung meminum kopinya
“Pak, Besok lusa saya kan mau ujian, nahh saya tuh pengen tenang pas melaksanakan ujiannya, jadi sekarang saya belum tenang karena belum tau siapa cewek yang suka ngasih saya surat itu, ayo lah Pak..siapa sih cewek itu??’
“eemmm...emmmm..maaf..maaf sekali Bapak tidak bisa kasih tau, maaf ya” Pak satpam langsung lari menuju uempat parkir.
“yaaahh Si Pak yono malah lari..” ujar Digta dengan wajah kesal, kemudian ia menaiki motor nya untuk pergi pulang. Baru saja Digta menyalakan motor nya tiba tiba Nita datang dan langsung meminta maaf, ia berpura pura pada Digta kalau selama ini dialah yang selalau mengirim surat setiap pagi pada Digta, Digta dengan sontak kaget ia tidak menyangka dan sedikit gak percaya kalau Nitalah cewek misterius yang selalu megirimnya surat, 
“Jadi kamu yang setiap pagi suka ngirimin aku surat??” tanya Digta dengan seidikit ragu
“ia kak,  maaf ya...dan aku lakuin semua itu karena aku suka sama Kakak!!” Jawab Nita sambil terus menunduk.
“iyaa it’s oky..Kakak gak nyangka aja kalau kamu si cewek misterius itu.”
“heemm Kak, aku boleh gak pulang bareng sama Kakak??’ tanpa rasa malu Nita langsung meminta pulang bareng dengan Digta, dan Digta hanya menganggukan kepala. 

Sebenarnya bukan Nita yang selalu megirim Digta surat, ia menguping pembicaraan Digta saat menanyakan siapa pemngirim surat itu pada Pak Satpam. Jelas Digta sedikit percaya pada Nita karena di surat itu terdapat pengirim berinisial huruf  N.
Dari kejauhan Nadin dan Sofi melihat Nita yang sedang di bonceng oleh Digta  keluar dari gerbang sekolah, Nadin heran kenapa Nita bisa sedekat itu sama Digta, ia berfikir kalu Nita dan Digta sudah benar benar pacaran, dan lagi lagi Sofi hanya menenangkan Nadin yang sedang memanas kemudian ia mengusap pundaknya. Selama ujian Nasional Kelas XII berlangsung,  Kelas X dan XI belajar dirumahnya masing masing. Selama itu juga Nadin sudah tidak lagi menitipkan surat untuk Digta, harapannya punah, ia merasa sudah tidak ada lagi kesempatan untuknya agar bisa dekat dengan Digta.
Di sanggar Nadin juga sudah tidak lagi melihat Digta yang selalu melukis dengan ditemani tawa anak anak yang selalu ia ajari, ia hanya bisa melihat poto potonya yang ia ambil ketika Digta tengah lengah atau sedang asik melukis.

                                       .......................................