Dibawah sinar bulan dan binaran bintang, di halaman rumah yang cukup luas telah tertata 2 alat lukis dengan kuas yang berjajar di atas meja kecil dan kanvas yang masih putih untuk menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi seorang gadis manis yang bernama Nadin dengan ditemani seniman Lukis yang ternama di tahun 80 an yaitu Kakeknya sendiri, Nadin diajarkan melukis oleh kakeknya sejak ia duduk di bangku SMP kelas 2, karena saat itu ia baru benar benar merasakan indahnya dunia lukis. Sudah 3 tahun setiap 2 kali dalam seminggu mereka melakukan kegiatan melukis di malam hari, tapi saat musim hujan mereka melukis di dalam rumah. Melukis dimalam hari memberikan kesan tersendiri bagi mereka, dan bagi Nadin sendiri melukis menjadikan dia serasa berada di dunia lain.
“kakek?? kalau aku ngelukis mimpiku sendiri, mungkin gak mimpi itu jadi
kenyataan ? Tanya Nadin sambil tersenyum manis dan terus menggoreskan kuasnya.
‘’ kenapa gak
mungkin cucuku, bermimpi itu sama
seperti saat kita sedang melukis, yang hanya
bisa dirasakan oleh kita sendiri. Ya...lukis saja, siapa tahu setelah kamu
lukis kamu akan berusaha meraih mimpi itu”. Jawab kakek lembut.
“ia kek,
setelah lukisan ini selesai nadin akan melukis mimpi nadin” ujar nadin sambil
membereskan cat nya..
“ya sudah,
kita beres beres, udah malam besok kamu kan mau daftar jadi anggota lukis di
Sanggar Bambu.!”
Keesokan
harinya tepat hari Minggu, Nadin di temani Kakeknya ke sebuah Sanggar yang
bernama Sanggar Bambu, di sanggar itu terdapat beberapa bidang yaitu lukis,
teater, musik dan sastra, dan kebetulan pendiri sanggar itu adalah teman dekat kakeknya
sendiri, Nadin sebenarnya sudah cukup menyenangkan dengan hanya diajarkan oleh
Kakeknya, tapi sang Kakek menyuruh Nadin menjadi anggota lukis agar dia bisa
mengapresiasi lukisannya dan mempunyai wawasan. Saat kakeknya sedang mendaftar,
Nadin masuk kedalam beberapa ruangan, ia melihat banyak sekali anggota di
sanggar itu yang sedang asik melakukan kegiatannya masing masing, mulai dari
anak kecil sampai remaja seusianya. Langkah nya terhenti saat ia melihat sebuah
ruangan yang ternyata gallery lukisan, dengan takjub ia masuk keruangan yang
tak berpintu itu dan melihat puluhan lukisan yangsangat tertata rapih,
“HEII...!! seorang laki laki datang dan
mengagetkan Nadin yang sedang menyentuh lukisan..
“ kamu siapa? Kamu bukan anggota sanggar
sini kan? Kenapa kamu nyentuh lukisaan itu?
Kamu gak liat ada larangan
“JANGAN DISENTUH”. Ujar laki laki itu sambil sedikit marah..
“iya aku bukan anggota sanggar ini,
tapi aku sedang daftar buat jadi anggota di sanggar ini ko..! Hemm, maaf aku
gak liat larangan itu..” Jawab Nadin dengan wajah polos dan gugup, lalu ia lari keluar dan menghiraukan laki laki itu.
Nadin menghampiri Kakeknya di tempat
pendaftaran, dan Ia mulai mengisi formulirnya. Setelah selesai pendaftaran
Nadin akhirnya resmi menjadi anggota di bidang lukis sanggar Bambu, dan sudah
bisa mulai mengukuti kegiatan minggu depan pada hari Sabtu dan Minggu sesuai
jadwal yang sudah ditentukan. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahu Nita dan
Sofi teman baiknya di sekolah.
Setiap hari Nadin selalu di antar
kesekolah oleh Ayah dan Ibunya yang kebetulan akan berangkat kerja, karena pekerjaan
orangtuanya yang sangat sibuk itulah Nadin lebih dekat dengan Kakeknya daripada
dengan Orangtuanya, tapi ai berusaha mengerti dengan semua itu. Disekolah Nadin adalah sisiwi kelas 2 yang
terbilang pintar dan rajin. Tapi ia tidak sombong dengan kemapuannya, begitu
juga kemampuannya di bidang lukis, setiap ada perlombaan melukis antar sekolah
Nadin belum pernah merasa yakin jika ia bisa mengikutinya. Dia tidak berharap
menang tapi jika kalah ia akan kecewa dan juga mengecewakan sekolahnya. Karena
itulah tidak banyk orang yang tau tentang bakatnya. Setelah jam pertama selesai
Nadin menceritakan pada temannya kalau ia sudah menjadi anggota lukis di
Sanggar Bambu, kedua temannya terlihat senang mendengar kabar baru itu, dan
mereka juga mengucapkan selamat. Pada jam kedua tepat pelajaran Matematika, Bu
guru meminta Nadin dan Nita mengambil beberapa buku di perpustakaan, setelah
mengambil buku tiba tiba Nita ingin melihat kelas 3 yang sedang bermain futsall,
“Nad liat yang main futsall dulu
yukk...bentaaaar ajaa". Ujar Nita sambil memaksa
“ihhh ini bukunya di tunggu loohh”
“Nad bentar aja aku pngen liat seseorang
niihhh..” paksa Nita smbil menarik narik tangan nadin.
“ya udah, tapi bentar ya..Cuma liat
doang!!” jawab Nadin dg sedikit kesal.
Setelah sampai dilapang Nita terlihat
senang sambil bersorak sorak menyemangati cowok yang sedang di lihatnya, sampai
sampai tidak mendengar nadin yang terus mengajaknya untuk kembali ke kelas. Akhirnya
dengan wajah kesal Nadin meninggalkan Nita saat akan kembali ke kelas belum
jauh meninggalkan lapang sebuah bola melayang dan mengenai kepala Nadin, Nadin tejatuh dan buku
yang dia bawapun berceceran ,
‘AAWWWW.. sakittt” nadin
kesakitan sambil mengusap usap kepalanya..
“ya ampuun Nadd?? Kamu gak papa??
“gakk papa gimana?? Sakitt tauu...,
Ini gara gara kamu ya niitt, kamu ngajak aku kesini.. sontak Nadin yang marah
dan menyalahkan Nita.
“ko gara gara aku..sihh??”
“heii kamu gak papa kan? Sory yaa
tadi aku nendang bola nya terlalu keras. Ujar cowok yang tergesa gesa menghampiri
Nadin sambil meminta maaf.
“iya gak papa ko. . “ Jawab Nadin
kaget dan menatap cowok yang ternyata cowok nyebelin yang membentak nya di
gallery lukisan kemarin.
Saat Itu Nadin langsung menutup
wajahnya dengan buku, ia membereskan bukunya yang berceceran dan langsung pergi
menuju kelas.
Cowok nyebelin yang membentak Nadin
di galery lukisan ternyata satu sekolah dengannya, saking banyaknya murid di
sekolah itu Nadin baru tau kalau dia satu sekolah dengannya dan dia murid kelas
3.
Nadin berharap hari ini dia tidak
bertemu lagi dengannya disekolah, sampai waktu jam istirahat selesaipun Nadin tidak
keluar ia memiilih diam dikelas sambil iseng menggambar. Jam terakhirpun
selesai Nadin bergegas lebih dulu meninggalkan kelas karena ia harus mengikuti
kegiatan pertamanya di Sanggar Bambu.
Setelah sampai di sanggar Nadin
langsung ke toilet untuk mengganti baju seragamnya agar saat melukis seragam
sekolahnya tidak kotor. Hari pertama mengikuti kegiatan Nadin langsung di suruh
gabung dengan anggota baru yang lainnya untuk di beri arahan, tiap anggota
sudah di siapkan satu paket alat melukis termasuk kanvas dan standar lukis. Pengarahan
berlansung sampai waktu kegiatan selesai yaitu jam 5 sore.
Keesokan harinya sbelum berangkat ke
sanggar Nadin menyiapkan kamera untuk memphoto setiap kegiatan disana, karena
kemarin ia sudah mendapat izin dari pengurus.
Disanggar, Nadin lebih dulu memulai untuk
memphoto kegiatan bidang lukis, saat sedang asik poto, ada seorang cowok yang
menepuk pundaknya dari belakang, Nadin langsung membalikan badan,
..............................
..............................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar