Keesokan harinya setelah sampai disekolah
Nadin tidak melihat Pak Satpam yang biasanya selalu berdiri mengawasi murid
murid yang masuk dengan mengendarai kendaraan, setelah lama mencari akhirnya
Pak Satpam datang menuju Pos, ia meminta maaf pada Nadin karena harus keruang
piket memberikan surat dari salah seorang murid yang tidak masuk. Tak lama
setelah Nadin memberikan surat, Digta datang ia berhenti pas di depan Pak
Satpam yang masih ngobrol dengan Nadin, Nadin kaget setelah melihat Digta
datang, tanpa mengucapkan salam pada Pak Satpam ia kemudian langsung
pergi dengan langkah cepat karena ia gak mau Digta curiga.
Belum sampai meuju ruang kelas Nadin
melihat murid murid berkerubunan di depan mading yang tak jauh dari kelasnya.
Ia kemudian melihatnya, ternyata ada sebuah pengumuman lomba melukis antar
sekolah se Yogyaakarta yang akan di laksanakan minggu depan di Gedung pameran
terbesar di Yogyakarta. Setelah membaca pengumuman Nadin segera pergi ia merasa
sesak dan engap bila terus berada di tengah tengah kerubunan banyak orang. Saat
berjalan menuju kelas Sofi dan Nita memanggil Nadin,
“Naaddd....wait!!” Teriak Nita dengan
suara cempreng nya..memanggil Nadin
“Hei Kalian..kalian baru dateng yaa??”
jawab Nadin sambil memasukan hand phone nya kedalam tas
“udah dari tadi, kita abis liat
pengumuman, kamu udah liat Nad??” tanya Sofi
“ahh mau udah liat ataupun belum
dia pasti gak bakalan ikut perlombaan nya..!! ia kan Nad?” Tanya
Nita sambil mengipas ngipas rambutnya..
“Aku udah liat pengumumannya ko..” jawab
Nadin
“Nad udah kamu ikut aja, kamu kan jago
ngelukis di tambah lagi kamu ikut kegiatan ngelukis di sanggar!” apalagi yang
buat kamu gak yakinn buat ikut perlombaannya??” Sofi meyakinkan Nadin agar ia
bisa ikut lomba
“ia Nad...aku aja yang ga jago jago amat
ngelukis mau ikutan lomba!!” ujar Nita sambil terus mengipas ngipaskan rambut
nya..
“HAHH?? Sofi dan Nadin kaget, karena baru
pertama kali ini Nita megikuti perlomabaan,
“Biasaaa ajaa Jenggg...!!” mulut kalian
bau tau..tadi pagi pada gosok gigi gak siihh??’ Nita menjawab dengan
candaannya.
“Ok Nad pokoknya kamu harus ikutan,
kalian berdua pasti aku dukung..dan kalau entar diantara kalian ada yang
menang berarti haruss siap nelaktir..!!” ujar Sofi sambil memegang tangan
kedua temannya itu.
“ya ya....aku ikutan lomba!!” Nadin
menjawab dengan sedikut ragu.
Nadin mengikuti perlombaan bukan karena ia
mendengar Nita yang juga akan mengiikuti perlombaan, ia merasa kalau inilah
saatnya ia menunjukan bakatnya pada semua orang, dan hanya sebuah apresiasi
yang ia inginkan.
Sepulang sekolah Nadin di panggil oleh Pak
satpam, melihat wajah Pak satpam yang terlihat senang Nadinpun segera
menghampirinya, “Cah ayuuu ini ada balasan surat dari Digta, waktu jam
istirahat dia memberikan surat ini pada Bapak” ujar Pak satpam sambil
memberikan suratnya. “ Ya ampuun Pak aku seneng bangett, akhirnya Kak
Digta membalas suratku, terima kasih ya Pak??” Dengan perasaan senang ia
mengucapkan banyak terima kasih pada Pak satpam. Dia memutuskan untuk
membacanya di rumah, sesampainya dirumah Nadin dengan cepat membuka sepatunya
karena ia sudah tidak sabar untuk membaca surat balasan itu. Dengan bersandar
di jendela kamarnya yang terbuka iapun langsung membaca Surat balasan dengan
amplop berwarna Mocca bergambar boneka Teddy bear itu .
From,
Cewek misterius berinisial ‘N’
Maaf sebelumnya aku gak pernah balas puisi
puisi kamu, karena aku gakbisa membuat puisi dan sama sekali gak suka puisi,
tapi setelah aku baca puisi pertama yang kamu kirim aku mulai menyukainya
hingga aku semangat setiap kali membaca puisi puisi yang setiap pagi kamu
kirim.
Aku gak tau apa maksud kamu ngirim puisi
setiap pagi sama aku!
Puisi harapan, puisi perkenalan, puisi
penyemangat, hingga puisi cinta, apakah dengan cara itu kamu memperkenalkan
diri kamu sekaligus mengungkapkan rasa suka kamu sama aku??
Tapi sungguh, itu cara yang yang membuat
aku takjub sama cewek seperti kamu,
Puisi yang selalu menyemangatiku bahkan menyadarkanku pada satu hal. Dan..buat
kamu si cewek misterius, dengan senang hati aku akan terus menerima surat surat
yang kamu kirim. Aku harap kita bisa bertemu secepatnya.
Dear,
Digta
Setelah membaca surat itu, Nadin langsung
melemparkan tubuhnya ke tempat tidur, kemudian ia terus memeluk erat surat itu.
Kini malam tak lagi mendung dan turun
hujan seperti malam sebelumnya, Kakek Nadin mengajaknya untuk melukis di luar
rumah seperti yang biasa mereka lakukan. Setelah lumayan lama mereka melukis
sang kakek mulai merasa aneh melihat cucu kesayangan nya melukis sambil senyum
senyum,
“hei..kamu kenapa, kakek perhatikan
sepepanjang melukis kamu senyum senyum terus,” ada apa ..kamu lagi seneng??”
coba cerita sama kakek,” tanya kakek sambil membersihkan kuasnya
“hemmm ia kek, Nadin lagi seneng karena
Nadin udah mulai berani mengikuti lomba”
“Lomba melukis??” kamu serius?’ lomba
melukis dimana?” Tanya kakek dengan wajah senang
“ia..Kek aku serius, lomba melukis antar
sekolah se Yogyakarta tempatnya gedung pameran. Dan besok juga udah mulai
seleksi, ”
“bagus cucuku..kakek senang sekali
mendengarnya, kamu harus ingat menag ataupun kalah itu sudah jadi hal biasa,
dengan kamu terpilih menjadi perwakilan sekolah saja pasti teman temanmu bangga
dengan kamu” ujar sang kakek sambil memeluk cucu kesayangannya.
“ia kek Nadin akan berusaha memberikan
yang terbaik, Nadin ingin membuat Kakek bangga sama Nadin. Dan kalau Nadin
menang, Nadin akan mempersembahkan kemenangan Nadin nanti untuk kakek. Ujar
Nadin sambil memeluk erat kakeknya..
Bagi Nadin tak ada seorangpun pembimbing lukis
terhebat kecuali Kakeknya sendiri.
Siang Hari setelah pulang sekolah ruang
aula mulai di penuhi oleh peserta yang sedang mendaftar untuk
mengikuti seleksi lomba, setelah proses pendaftaran selesai hampir 26 orang
yang mengikuti seleksi, mereka langsung menyiapkan alat lukis mereka
masing masing. Sebelum itu Mereka di beri arahan oleh kesiswaan tentang teknik
dan tema lukisan. Setelah 15 menit diberi arahan, Kesiswaan dan guru seni rupa
telah menyepakati kalau para peserta harus melukis dengan tema ‘KORUPSI’ .
Dengan berbagai jenis aliran lukisan masing masing semua peserta mulai melukis.
Tak berpikir panjang Nadin langsung melukis dengan mengikuti aliran Kakeknya
yaitu ilustrasi, meskipun sebenarnya Nadin lebih suka aliran realis, tetapi ia
yakin bisa melakukannya. 3 jampun berlalu, semua peserta telah selesai melukis
dengan hasil yang bagus. Nadin sendiri melukis ilustrasi sebuah kursi jabatan
yang di letakan di atas tumpukan lembaran uang dolar dan di kelilingi tikus
tikus hitam berdasi, menututnya lukisan yang dia buat sangat sesuai dengan
tema.
Dari mulai pendaftaran sampai selesai
melukis, Nadin tidak melihat Nita, ia nungak nengok sebentar ternyata
Nita berada di posisi paling depan, dari kejauhan ia melihat Nita sedang
ngobrol dengan seorang cowok disampingnya yang entah siapa. Selama setengah jam
proses penilaian lukisan, akhirnya Kesiswaanpun mengumumkan 2 pemenang lukisan
terbaik yang lolos. Semua peserta yang mengikuti seleksi mulai tidak sabar
untuk mengetahui siapa yang lolos, begitu juga Nadin yang dari tadi mengusap
telapak tangannya yang terus berkeringat karena ia berharap ia yang lolos.
“Yang lolos seleksi untuk menjadi perwakilan sekolah di lomba lukis se
Yogyakarta adalah..Nadin Aubel Liyunda dari kelas XI IPS 2 dan Digta Pandawa
Setyo dari kelas XII IPA 2.” Kesiswaan mengumumkan dengan suaranya yang lantang
dan keras..
Setelah mendengar hasilnya Nadin langsung terdiam kaku, ia tidak menyangka
kalau Digta mengikuti seleksi dan lolos seleksi dengannya. Saat itu juga Nadin
langsung berfikir pasti akan ada banyak cerita yang terkisah diantara mereka
berdua pada nantinya. Mereka diminta kesiswaan maju kedepan aula untuk diberi
selamat sekaligus menyerahkan rompi dan topi yang akan mereka kenakan saat
lomba lukis dilaksanakan. Didepan aula terlihat jelas wajah mereka yang begitu
senang, karena mereka akan mengikuti lomba pertama mereka sebagai
perwakilan sekolah.
3 hari sebelum lomba dilaksanakan Nadin
dan Digta harus berlatih dan menerima pengarahan setiap pulang sekolah. Diruangan
kelas yang kosong hanya ada mereka berdua dengan di temani seorang pembimbing
yang hanya keluar masuk ruangan melihat mereka melukis.
“Gak nyangka banget ya Kak...kita bisa
lolos menjadi perwakilan sekolah!!” Ujar Nadin sambil terus menggoreskan kuasnya
ke kanvas.
“yaa..Kalo aku sih udah nyangka sebelum
ikutan seleksi juga, pasti aku lolos” jawab Digta dengan juteknya..
“ihh Kakak sombong bangett..!’ jelas lah
Kak Digta bakalan lolos, di sanggar kan Kak Digta pelukis terbaik yang sering
mendapatkan penghargaan”
“iyaa...tapi disekolah, kita pelukis yang
terbaik!! Benarkan..??’ Digta menoleh ke arah Nadin sambil tersenyum,
"iyaa Kak, dan kita juga harus
memberikan yang terbaik untuk sekolah"
Dalam 3 hari itulah mereka jadi
lebih akrab, saat sedang berlatih Nadin selalu mengajak Digta bercanda,
sehingga ia tertawa lepas, Nadinpun terpaku melihat senyuman dan tawa Digta
yang baru pertama kali ia lihat. dan mereka juga jadi suka pulang bareng.
Lomba melukis antar sekolah se Yogyakarta
akhirnya mulai di selenggarakan, sekitar 82 orang perwakilan dari tiap sekolah
serempak menggunakan topi dan rompi yang sama. Setelah 20 Menit acara
pembukaan, Ketua Pelaksana perlombaan menjelaskan bahwa waktu melukis
para peserta Maximal hanya 4 jam dan bertema lukisan “Love Java”, 2 orang dari
tiap perwakilan sekolah juga harus melukis dengan aliran yang satu realis dan
yanng satu lagi surealisme. Nadin dan Digta memiliki nomer peserta 19 dan 20
sehinggga posisi mereka bersebelahan, 5 menit lomba lukis dimulai Nadin masih
berfikir, dia bingung harus melukis apa, Digta yang sudah mulai menggoreskan
kuasnya melihat Nadin yang yang masih bingung,
“Nad, kamu kenapa??” yang lain sudah pada
mulai kamu masih aja pelangak pelongok”
“Kak..aku bingung nihh harus melukis dg judul
apa??” Jawab Nadin sambil menggaruk garukan kepalanya
“Kakak melukis aliran surealis kamu yang
melukis aliran realis, sekarang coba kamu pejamkan mata, kamu rasakan dan
pikirkan tentang Jawa atau kota istimewa yang kamu cintai ini” ujar Kak digta
sambil memegang tangan Nadin, Nadinpun memejamkan matanya dan berfikir.
“aku tau Kak!!, aku tau apa yang harus aku
lukis” Nadin membuka mata dan langsung menggenggam kuasnya kemudian iapun mulai
melukis.
Cara digta yang seperti itu selalu ia
ajarkan pada anak anak yang baru belajar melukis di sanggar. “melukis dengan
perasaan dan fikiran yang tenang akan serasa berada di surga khayalan”. Ujar
Digta sambil melihat ke arah Nadin, dan Nadinpun tersenyum.
4 jampun berlalu, semua pesrta
diminta untuk membereskan alat lukisnya masing masing. Nadin merasa puas dengan
hasil lukisnya yang ia beri judul “Tarian Bedaya Keraton Yogyakarta”, Yang
melukiskan 9 orang penari di kraton Yogya dan 11 orang pengiring alat musik
yang di tonton oleh puluhan tamu tamu penting dari Eropa.Tak kalah dengan
Digta, Digta juga melukis dengan judul “Prajurit kraton Yogyakarta”. Hasil
lukisan di tilai dan di apresiasi oleh pelukis pelukis ternama di Yogyakarta
selama satu jam kemudian hasil pemenang juara 1,2,3 lukisan aliran Surealisme
dan pemenang juara 1,2,3 lukisan aliran Realis di umumkan. Nadin dan Digta
dengan di dampingi kesiswaan dan Guru seni rupa saling berpegangan tangan dan
tak henti hentinya berdoa, berharap mereka bisa menjadi pemenang dan membawa
nama baik sekolah.
“Baiklah para hadirin semuanya kita
langsung umumkan pemenang juara pertama lomba lukis aliran Surealime antar
SMA/SMK/sederajat adalah........Digta Pandawa Setyo dari SMA Negeri 9
Yogyakarta dengan judul lukisan Prajurit Kraton Jogja.” Dan Juara pertama lomba
lukis aliran Realis adalah Nadin Aubel Liyunda dari SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan judul Lukisan Tarian Bedaya Keraton Yogyakarta.” Seorang laki laki berjas hitam mengumumkan pemenang perlombaan lukis dengan semangat.
lukis aliran Realis adalah Nadin Aubel Liyunda dari SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan judul Lukisan Tarian Bedaya Keraton Yogyakarta.” Seorang laki laki berjas hitam mengumumkan pemenang perlombaan lukis dengan semangat.
Tangan yang tadinya saling berpegangan
lalu terlepas setelah mendengar kejuaraan diumumkan, Digta yang terkejut dan
senang langsung memeluk Nadin dengan erat, Nadin hanya diam dan perlahan ia
mengeluarkan airmata bahagianya, saking senangnya Digta tak sadar kalau ia
telah memeluk Nadin lumayan lama lalu iapun
melepaskan pelukannya dan meminta maaf.
Tepat hari Senin setelah upacara selesai,
semua murid tidak langsung kembali kekelas karena mereka harus menyaksikan
penyerahan piala kejuaraan lomba lukis kepada sekolah. Nadin dan Digta dengan
seragam yang rapih berjalan ketengah lapangan dengan membawa piala yang cukup
besar, mereka berdua sangat bangga bisa menyumbangkan piala penghargaan dari
hasil bakatnya. Nita yang berada di barisan merasa kesal dan cemburu melihat
kedekatan Nadin dan Digta, namun Sofi berusaha menenangkan dengan mengusap
pundaknya.
Dan
sekarang di kelas Nadin menjadi pusat perhatian teman temannya, wali kelas
Nadin juga merasa bangga denganya ia berharap supaya Nadin terus membawa nama
baik bagi sekolah, dan kelasnya. Namaun bagi Digta itulah kali pertama dan
terakhir ia menyumbangkan piala penghargaan dari hasil bakatnya pada sekolah,
karena ia sudah kelas 3 dan sudah harus fokus dengan Ujiannya yang tinggal
beberapa minggu. Selama 2 Minggu kelas 3 mengikuti pelajaran tambahan yang akan diujinakan akhirnya Ujian Praktikum dan Ujian Sekolah telah berakhir, kini kelas 3 hanya tinggal mengikuti Ujian Nasional, namun 2 hari sebelum ujian Nasional dimulai Digta berniat
untuk mengetahui siapa sebenarnya cewek yang suka mengirim surat tiap pagi
padanya, pulang sekolah Digta menghampiri Pak Satpam yang sedang duduk sambil membaca
koran,
“Selamat siang Pak..Yono?? tanya Digta so
akrab
“eh, Digta..selamat siang jugaa..”
jawab Pak satpam dan langsung meminum kopinya
“Pak, Besok lusa saya kan mau ujian, nahh
saya tuh pengen tenang pas melaksanakan ujiannya, jadi sekarang saya belum
tenang karena belum tau siapa cewek yang suka ngasih saya surat itu, ayo lah
Pak..siapa sih cewek itu??’
“eemmm...emmmm..maaf..maaf sekali Bapak tidak bisa
kasih tau, maaf ya” Pak satpam langsung lari menuju uempat parkir.
“yaaahh Si Pak yono malah lari..” ujar
Digta dengan wajah kesal, kemudian ia menaiki motor nya untuk pergi pulang.
Baru saja Digta menyalakan motor nya tiba tiba Nita datang dan langsung meminta
maaf, ia berpura pura pada Digta kalau selama ini dialah yang selalau mengirim
surat setiap pagi pada Digta, Digta dengan sontak kaget ia tidak menyangka dan
sedikit gak percaya kalau Nitalah cewek misterius yang selalu megirimnya
surat,
“Jadi kamu yang setiap pagi suka ngirimin
aku surat??” tanya Digta dengan seidikit ragu
“ia kak,
maaf ya...dan aku lakuin semua itu karena aku suka sama Kakak!!” Jawab
Nita sambil terus menunduk.
“iyaa it’s oky..Kakak gak nyangka aja
kalau kamu si cewek misterius itu.”
“heemm Kak, aku boleh gak pulang bareng
sama Kakak??’ tanpa rasa malu Nita langsung meminta pulang bareng dengan Digta,
dan Digta hanya menganggukan kepala.
Sebenarnya bukan Nita yang selalu megirim Digta surat, ia menguping pembicaraan Digta saat menanyakan siapa pemngirim surat itu pada Pak Satpam. Jelas Digta sedikit percaya pada Nita karena di surat itu terdapat pengirim berinisial huruf N.
Sebenarnya bukan Nita yang selalu megirim Digta surat, ia menguping pembicaraan Digta saat menanyakan siapa pemngirim surat itu pada Pak Satpam. Jelas Digta sedikit percaya pada Nita karena di surat itu terdapat pengirim berinisial huruf N.
Dari kejauhan Nadin dan Sofi melihat Nita
yang sedang di bonceng oleh Digta keluar
dari gerbang sekolah, Nadin heran kenapa Nita bisa sedekat itu sama Digta, ia
berfikir kalu Nita dan Digta sudah benar benar pacaran, dan lagi lagi Sofi
hanya menenangkan Nadin yang sedang memanas kemudian ia mengusap pundaknya.
Selama ujian Nasional Kelas XII berlangsung,
Kelas X dan XI belajar dirumahnya masing masing. Selama itu juga Nadin
sudah tidak lagi menitipkan surat untuk Digta, harapannya punah, ia merasa
sudah tidak ada lagi kesempatan untuknya agar bisa dekat dengan Digta.
Di sanggar Nadin juga sudah tidak lagi
melihat Digta yang selalu melukis dengan ditemani tawa anak anak yang selalu ia
ajari, ia hanya bisa melihat poto potonya yang ia ambil ketika Digta tengah
lengah atau sedang asik melukis.
.......................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar