“maaf, di sanggar ini gak ada bidang fhotografi” ujar cowok itu sambil sedikit marah
“kamu??” tanya nadin sambil kaget
melihat cowok yang memarahinya
“loh!! Kamu kan yang kemarin
kepalanya kena bola di pinggir lapang sekolah itu kan?? Tanya cowok itu
sambil mengingat ngingat.
“iyaa, aku yang kemarin kamu timpuk
pke bola di lapang dan aku juga yang kemarin lusa kamu bentak bentak di galery
lukisan!! Jawab Nadin dengan wajah kesal
“oh, sory sory ya.., kamu anggota
sini kan? Knapa kamu malah poto poto sedangkan anggota yang lain sudah masuk ke
ruangan!”
“iya, tapi aku udah dapet izin ko buat
mendokumentasi kegiatan disi selama satu jam!” jawab Nadin sambil terus memoto
“ ya udah, tapi konsisten satu jam”
ujar cowok itu sambil berjalan masuk ke ruangan.
“eh tungu tunggu.. !! Nadin mengejar
cowok itu dan cowok itupun berhenti
“Apa??”
“Aku Nadin, kamu siapa?? Ternyata kita
satu sekolah dan memiliki hoby di bidang yang sama yaahh..” tanya Nadin sambil
mengulurkan tangan nya
“aku Digta anggota senior di bidang
lukis “ jawab Digta dengan muka jutek dan langsung pergi
“uuucchh jutek banget tuh cowok!!,
mentang mentang senior” nadin kesal dan ia langsung menghelakan nafas
“Digta tuh orang nya gitu, jutek,
kalem, tapi dia baik ko.” Seorang perempuan yang tiba tiba berada di belakang
Nadin menenangkan Nadin yang sedang kesal pada Digta.
“hay..aku lidya? Kamu anggota baru sini
ya?? Kita bisa jadi teman kan?” tanya perempuan itu sambil tersenyum dan
mengulurkan tangan
“hay aku Nadin, ia aku anggota
baru..Tentu lidya, kita sekarang teman” jawab Nadin dengan perasaan senang karena
ia memiliki seorang teman di sanggar, kemudian merekapun tertawa kecil sambil terus
berjalan.
Tak terasa sudah sampai lagi pada Minggu ke
dua Nadin mengikuti kegiatan dibidang lukis, Disekolah Nadin harus mengikuti
pelajaran tambahan sampai jam 2 siang, ia takut sekali terlambat mengikuti
kegiatan di sanggar. Setelah pelajaran berakhir nadin langsung keluar kelas.
Biasanya setiap jam pulang sekolah taxi taxi suka berjajar di depan gerbang
sekolah, tapi kali ini tidak ada satupun taxi yang melintas, Nadin panik karena
ia sudah benar benar terlambat. Tak lama kemudian sebuah motor besar berwarna
hitam berhenti di depannya, waktu kaca helm nya dibuka ternyata cowok yang
mengendarai motor itu adalah Digta,
“kamu lagi ngapainn, kamu gak ke
sanggar??” tanya Digta lembut dan dengan wajah nya yang kalem
“ia ini juga aku mau ke sanggar ,
dari tadi aku nunggu taxi tapi gak ada yang nongol satupun, aku udah telat
nihh..”jawab Nadin sambil melihat jam ditangannya
“kenapa gak bareng aja?? “ aku juga
kan mau ke sanggar”
“kenpa kakak gak nawarin dari tadi??’
Nadin langsung naik ke boncengan Digta
“ya ampun ..basa basi dulu kek Malah
langsung nangkring diboncengan aja nih anak.”
“Kalo pake basa-basi kelamaan, keburu basi beneran. Udah deh cus, keburu terlambat
nih kita.”
Selama di perjalanan Nadin tersenyum dia senang
sekali bisa bareng ke sanggar bersama digta, dan Lidya benar Digta memang jutek
dan kalem tapi Digta adalah orang yang baik. Di sanggar Digta tak hanya anggota senior dia
juga salah satu anggota yang memiliki banyak prestasi dan banyak penghargaan
penghargaan dari karya lukisnya, Nadin tau semua itu dari Lidya yang banyak sekali bercerita tentang Digta. Beribu
pertanyaan dalam pikirannya karena di
sanggar Digta adalah cowok populer dan memiliki banyak prestasi tapi di sekolah
dia hanya terlihat siswa yang biasa biasa saja bahkan kebanyakan orang tidak
mengenal dia.
Dan di juga tidak pernah menyumbangkan satupun piala dari
bakatnya di bidang lukis, padahal tiap tahun selalu ada pengumuman lomba
melukis antar sekolah, antar kota, dan juga antar provinsi.
Setelah hampir satu bulan Nadin mengikuti kegiatan di
bidang lukis sanggar bambu dia mulai merasakan hal yang aneh pada dirinya, ia
diam diam suka memoto Digta saat digta sedang melukis atau mengajarkan melukis
pada anak anak, ia juga menjadi salah tingkah setiap kali bertemu Digta di
sanggar ataupun di sekolah. Karena sikapnya yang jutek dan kalem Nadin jadi
ingin tau banyak tentang Digta ,entah kenapa mungkin dia menganggap dirinya sedang
mengalami jatuh cinta.
Dipagi hari sebelum berangkat sekolah Nadin menerima sbuah
surat dari Pak pos untuk di sampaikan kepada Kakeknya. Terlintas dalam
pikirannya saat ia menerima surat itu, ia tau caranya agar ia bisa mengetahui
banyak hal tentang Digta tanpa diketahui oleh Digta sendiri. Nadin membuat
surat yang berisikan sebuah puisi karena selain suka melukis dia juga suka
membuat puisi, dengan datang kesekolah lebih pagi ia kemudian menitipkan suratnya pada Pak
Sudaryono satpam di sekolahnya.
“Selamat Pagi Pak Yono...??” Pagi hari yang cerah
ya pakk? hihii”. tanya Nadin sambil
tersenyum senyun menyapa satpam tersebut.
“Selamat pagi cah ayuuu, tumben datang nya pagi pagi
sekali?” tanya pak yono yang ramah
“Ia, ini loh Pk..saya mau minta tolong sama Bapak,
boleh?” Nadin mulai merayu Pak Yono agar Pak yono bisa membantu misinya.
“Boleh, Minta tolong apa to cah Ayu?”
“Gini Lho Pak, saya tuh sedang suka sama seseorang, dan
saya meminta bantuan Bapak untuk memberikan surat ini sama orang yang aku suka itu!”
“Aduuhh anak jaman sekarang ada ada aja...iya boleh
boleh”. Ujar Pak Yono sambil mengeleng gelengkan kepala..
“Asiiiikkkk,
ya ampun Bapak baik banget!! Tenang Pak Bapak akan saya kasih komisi deehh
Ujar Nadin dengan perasaan gembira karena Pak
Sudaryono mau menolongnya.
“Ini Pak
surat nya, Bapak Tau Kak Digta kan?? Anak kelas 3 IPA 2 yang selalu naik motor Besar
berwarna hitam, tau kan Pak?” Tanya Nadin pelan
“ohh..si
Digta, ia Bapak tau!!
“Ya udah pak
ini surarat nya, aku akan nitipin surat setiap hari pada Bapak, dan kalau ada
balasan nanti bapak kasih tau aku pas bubar sekolah.’ Ujar Nadin sambil
menjelaskan dengan suara pelan.
“oh ya Pak,
bapak jangan kasih tau Kak Digta kalau surat itu dari aku, Bapak harus tutup
mulut OK??’
“Iya,
SIAP!!!’ Misi di jalankan!! Jawab Pak Sudaryono sambil Hormat pada Nadin
Kini setiap
Hari Nadin Berangkat kesokah lebih pagi, setelah hampir seminggu menitipkan
surat pada Pak satpam, Nadin belum juga menerima balasan suratnya. Tapi Ia
tetap sabar.
Dikelas Sofi
tiba tiba curhat masalah pacarnya pada Nadin, Sebagai teman yang baik Nadin
mendengarkan curhatananya, tak lama Sofi curhat, Bu guru datang dan jam
pertamapun dimulai. Seperti biasa Guru Matematika menyuruh Nadin mengambil Buku
di perpustakaan, kali ini Nadin ditemani Sofi karena Nita belum datang dan ada
kemungkinan ia terlambat.
Diperpustakaan gak sengaja Sofi melihat Nita berdekatan dengan Digta yang sedang menulis, ia
memberitahu Nadin dengan suara pelan tapi Nadin terus membereskan buku yang akan dia ambil, setelah
selesai mengambil semua buku Nadin langsung menoleh ke arah Nita yang sedang
ngobrol dengan Digta, Nadin terkejut, ia terus menatap mereka berdua , perasaan sakit membuatnya perlahan mengeluarkan
butiran air mata. Nita memanggil Sofi dan Nadin yang sedang berdiri melihat
kedekatannya dengan Digta, Digtapun menoleh tapi Nadin dan Sofi langsung pergi
keluar perpus. Sambil berjalan menuju kelas Nadin bertanya pada Sofi,
“Fi, apa
selama ini cowok yang disukai Nita itu..Kak Digta?” tanya Nadin sambil menahan
air matanya agar tidak terus keluar
“Ia Nad,
maaf ya aku gak cerita sama kamu, Nita gak mau kamu tau kalau dia sedang suka
sama cowok” , Nad..? Kamu nangis??” Tanya Sofi sambil memegang tangannya Nadin
“enggak, aku
aku gak nangis..” Jawab Nadin sambil menundukan kepalanya
“Nad, aku
tau kamu nangis, apa jangan jangan kamu juga suka ya sama Kak Digta?”
“aku
ceritakan semuanya pulang sekolah nanti yah Sof?”
“Ia....
Jam pelajaran pertama Nita tidak masuk,
ia lebih memilih ngobrol dengan Digta di perpustakaan. Saat Bu Guru menanyakan
Nita pada Sofi, Sofi bilang kalau Nita sakit dan sedang berada di
UKS.
Pada jam istirahat , Nita menceritakan pada Sofi dan Nadin tentang
kedekatannya dengan Digta, Sofi hanya tersenyum dan mengangguk anggukan kepala,
sedangkan Nadin ia hanya membaca buku dan pura pura tidak mendengar. Seperi
janjinya pada jam terakhir Nadin dan Sofi duduk di taman dan mulai bercerita,
“Nad coba sekarang kamu cerita kenapa kamu nangis?” Sofi menenagkan Nadin
yang mulai lagi mengeluarkan air mata
“Sof, sebenarnya aku dan Kak Digta udah saling kenal, dia ternyata anggota
senior di bidang lukis Sanggar Bambu, awalnya aku benci banget sama dia karena dia
pernah membentak aku, dan dia tuh orang nya jutek banget, tapi entah kenapa dengan
sikapnya yang seperti itulah aku jadi suka dan ingin tau banyak hal tentang dia. Nadin
menceritakan dengan wajah sedih
“ohh, jadi Kak Digta anggota Sanggar Bambu juga ya.” Kenapa kamu gak cerita
dari awal sih Nad?” aku pasti bantu kamu.., lagian aku juga gak suka ngeliat Nita
yang terlalu posesif sama Kak Digta”. Sofi yang kesal sambil memukul telapak
tangan sebelahnya
“Kamu tau aku kan, mana pernah bisa aku curhat masalah pribadiku sendiri!”
ya udahlah toh mereka juga saling suka ini, biar aku yang ngalah” jawab Nadin
sambil mengusap air matanya.
“yang sabar ya Nad.. kalau jodoh itu gak bakan kemana, jadi kamu tenang
aja.yaa. “
“Iya, hemmm Sof ada satu hal lagi yang ingin aku ceritain ke kamu, tapi
kamu jangan kasih tau siapa siapa yaa??”
“Iya, aku janji dehh..apa apa?” Sofi mulai penasaran
“ Gini loh,, udah seminggu ini tiap pagi pagi sekali aku suka nitipin surat
yang berisi pusisi dan kata kata penyemangat gituu...aku titipin ke satpam buat
di kasih ke Kak Digta. Aku kasih dia komisi dengan syarat dia tidak akan ngasih
tau sama Kak Digta kalu aku yang suka ngasih surat itu..” Nadin menceritakan
dengan sedikit malu..
“wiiihh..jadi kamu itu penggemar rahasia gituh??’ hebat banget cara
kamu..Nad.”
“yaa gituu..dehh, tapi sampai sekarang dia gak pernah bales surat aku.” Nadin
mulai cemberut..dan menundukan kepala
“Suatu saat dia pasti balas surat kamu Nad, sabar sabar...” Ujar Sofi sambil
mengelus ngelus pundak Nadin. Lumayan lama bercerita akhirnya Nadin merasa
sangat Lega, sudah menceritakan rasa sedih sekaligus rasa senangnya pada Sofi, karena memang tak selamanya masalah pribadi
bisa dipendam dan dirasakan sendiri, dengan berbagi, bebanpun terasa berkurang.
Malam hari hujan turun deras, padahal malam itu Nadin dan Kakek nya akan melanjutkan lukisannya, sambil menunggu hujan
reda Nadin menulis puisi buat ditipkan besok. Kali ini Nadin menulis puisi
tentang sikap tertutup yang di miliki Digta, dan ia ingin menjadi penyemangat
dalam setiap langkah hidupnya kelak..
to : Kak Digta
Sekian lama pedih itu kau simpan
Menahan beratnya berjalan sendiri
Dalam kehampaan
Menahan beratnya berjalan sendiri
Dalam kehampaan
Sekian kali kau merasa sepi
Sekian peluh kau tanggung sendiri
Masih adakah sedikit bahagia dalam hatimu
Sekian peluh kau tanggung sendiri
Masih adakah sedikit bahagia dalam hatimu
Akankah kau terbang sendiri dengan
sayapmu
Menahan beratnya beban di pundakmu
Akankah kau mampu membawa itu semua
Ke dalam mimpimu
Menahan beratnya beban di pundakmu
Akankah kau mampu membawa itu semua
Ke dalam mimpimu
A little hope that we believe
Will make much miracles in our life
Percayakan pada semua yang menjagamu
Percayakan hatimu pada diriku
Will make much miracles in our life
Percayakan pada semua yang menjagamu
Percayakan hatimu pada diriku
Di sini kita berbagi
Mencari sebuah jalan lain dari kehampaan ini
Aku akan terbang bersamamu
Agar ku bisa menahan peluh di hatimu
Mencari sebuah jalan lain dari kehampaan ini
Aku akan terbang bersamamu
Agar ku bisa menahan peluh di hatimu
Akankah tetap kau terbang sendiri
dengan sayapmu
Melalui harimu yang penuh sepi
Sanggupkah kau bertahan selamanya
Di dalam mimpimu
Melalui harimu yang penuh sepi
Sanggupkah kau bertahan selamanya
Di dalam mimpimu
A little hope that we believe
Will make much miracles in our life
Sadari bahwa kau tak bisa terbang sendiri
Melintasi mimpi hidup di dunia ini
Will make much miracles in our life
Sadari bahwa kau tak bisa terbang sendiri
Melintasi mimpi hidup di dunia ini
Bersama kita lalui
Bersama kita lewati
Leave all the pain
And make our life beginning
Bersama kita lewati
Leave all the pain
And make our life beginning
Kak Digta, aku harap Kakak membalas puisi ini, gak harus dengan puisi cukup dengan
kata kata Kakak sendiri.
Dear,
Inisial 'N'
Surat telah selesai dibuat, Nadin kemudian
memasukan suratnya kedalam amplop yang berwarna mocca dan bergambar hati. Saat
itu hujan belum juga reda malampun semakin larut. sambil membawa peralatan
melukis Kakek menyuruh Nadin untuk segera masuk ke dalam rumah,dan mereka
berencana untuk melanjutkan melukis
besok malam.
..............................................................
..............................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar