~~~~~~~~~~Fille~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~Fille~~~~~~~~~~~~
nuri

Sabtu, 12 Oktober 2013

CINTA DIBALIK KUAS & PENA Part 5




Usai kegiatan lukis selesai,tanpa nunggu lama,  Nadin dan Digta langsung berangkat ke  sesuatu tempat yang telah direncanakan Digta. Sepepanjang jalan Nadin terus bertanya tanya  kemana mereka akan  pergi, tapi Digta tetap tidak memberitahunya. Setelah Menempuh jarak yang lumayan jauh,  dan melewati jalan yang dipinggirnya penuh dengan pohon pinus, dua pasang mata langsung menatap dengan takjub keindahan danau yang luas, dengan airnya yang biru serta alang alang yang terhampar di tepi danau itu. Seketika tatapan Nadin terusik oleh Digta yang sengaja meniup matanya dari samping.

“kamu suka tempat ini Nad??” tanya Digta yang kemudian menghirup udara segar di danau itu.
“Aku suka banget  Kak...ini tuh indaaaahh banget, udah lama juga aku gak ketempat seperti ini!!
“kamu tau ?? setiap aku lagi sedih atau setiap aku lagi seneng aku tuh suka kesini...!”ujar Digta sambil menatap Nadin
“o yah??” jadi..danau ini tumpahan perasaan Kak Digta ya??
“iaa... pokoknya danau ini udah jadi saksi bisu dari tumpahan perasaanku.!” Dan kamu..kamu adlh orng pertama yang aku ajak kesini Nad..!”

Nadin hanya bisa tersenyum saat mendengar semua perkataan Digta, ia mulai berfikir apakah nanti dia bisa menjadi tumpahan perasaannya. Dengan tetesan gerimis yang perlahan turun  Nadin dan Digta kemudian melanjutkan jalan jalan ke tepi danau lalu menaiki sebuah sampan, dan membiarkan gerimis yang turun  menjadi penghias kedekatan mereka. Kedekatan singkat itu dijadikan cerita yang dicatat Nadin dalam sebuah buku hariannya, walaupun ia lelah karena pulang malam, Nadin tetap mencatatnya dengan tersenyum, tersenyum  karena membayangkan saat saat di danau bersama Digta.  

 Tepat 2 hari setelah Nadin dan Digta pergi ke danau, acara pelepasan keas XII yang ditunggu tunggupun tiba, Nadin sebagai salah satu panitia datang ke sekolah lebih pagi, ia kemudian duduk di kursi penerima tamu bersama temannya Sofi, selang satu jam kelas XII mulai berdatangan termasuk Digta yang datang dari arah parkir yang kemudian menghampiri meja penerima tamu, Nadin mulai tersenyum  saat Digta datang dengan mengenakan baju batik dan jas hitam, terlihat sedikit kebapakan namun tetap gagah dan tampan. Digta menyapa Nadin dengan ucapan selamat pagi disertai senyuman manisnya. Saat Digta mulai tanda tangan anehnya ia mengeluarkan bolpoinnya  sendiri dari saku jasnya, lalu ia meninggalkan bolpoin itu di meja setelah ia selesai menanda tangan, Nadin berusaha memanggilnya untuk memberikan bolpoinnya ketinggalan, tapi Digta terus berjalan memasuki ruangan acara pelepasan. Sampai pada akhir acarapun Nadin masih menunggu Digta untuk memberikan bolpoinnya, tapi Digta tak terlihat juga. Akhirnya Nadin berniat untuk menyimpan bolpoin itu dan mengembalikannya di sanggar, Tetapi satu minggu setelah acara pelepasan,Nadin sudah tidak lagi melihat Digta, bahkan teman temannya di sanggar juga tidak tau Digta kemana, Saat jam istirahat Nadin selalu berdiri di pintu masuk sanggar berharap ia akan melihat Digta masuk dari gerbang sanggar dan menghampirinya,
Namun semuanya tak lain hanya harapan dan harapan, harapan yang menumpuk seperti tumpukan buku. Perasaan seperti inilah  yang tidak diinginkan Nadin, beribu tanya dalam dirinya tentang kepergian Digta yang singkat sesingkat cerita kebersamaanya dengan Digta. Tanpa sepatah kata ataupun pesan,  Digta pergi ke Bali seminggu setelah acara pelepasan di sekolah. Nadin mulai merasakan bahwa perasaan suka, perjuangan dan harapannya pada Digta itu hanya menghasilkan jutaan rasa sakit yang teramat dalam bagi dirinya,rasa sakit melebihi di tinggalkan oleh seorang teman. Perlahan ia mencoba melupakan semua kenangannya bersama Digta namun ia tidak pernah bisa, ia hanya bisa berfikir dan yakin bahwa Tuhan telah merencanakan hal yang indah dibalik akhir kisahnya yang menyakitkan bersama Digta.

Disekolah Nadin berusaha menjadi Nadin yang seperti biasanya, kini ia sudah kelas XII sudah jadi keharusan buatnya agar menjadi gadis yang lebih dewasa, dewasa dalam bertindak, dewasa dalam menghadapi segala masalahnya termasuk mengatasi rasa sakitnya karena Digta yang tiba tiba pergi.
                            

Satu tahun kemudian..

Satu pekan terakhir Musim hujan masih terus mengguyur kota Yogya, dan itu membuat para panitia kewalahan ketika sedang mempersiapkan acara out door pelepasan  kelas XII di sekolah yang tinggal satu hari lagi. 

“Kek, tak terasa ya..Nadin sekarang udah Lulus SMA lagi..!!” ujar Nadin sambil terus mengelap 3 piala hasil kejuaraan melukisnya.
“iyaa... kamu sudah menempuh masa masa SMA, teruus..kamu sudah ada rencana untuk kuliah dimana??” Tanya Kakek..
“hemmm...Nadin gimana mamah sama papah aja kek..”
“Loh..kenapa harus gimana Mamah sama Papah, yg mau kuliah kan kamu Nak??” ujar Ibunya Nadin datang sambil membawa sebuah tas..
“eh mamah...hihihii..!! jawab Nadin yang kemudian mencium tangan ibunya yang baru datang
“ini...mamah bawain kamu kebaya buat acara pelepasan kamu besok..!”
“ya ampuunn..maahh makasih.. kebayanya bagus bangeeett..” ujar Nadin dengan gembira saat melihat kebaya yang di berikan ibunya, saat Nadin akan mencoba kebaya itu terdengar  bunyi telepon rumahnya berdering, Ibu Nadin mengangkat telepon itu tapi orang yang menelpon itu menanyakan Nadin, 

“Asalamualaikum...?? ini dengan Nadin, ini siapa ya??” tanya Nadin penasaran
“Waalaikumsalam..Nad,  aku..aku  pemilik bolpoin yang ketinggalan di meja tamu pas perpisahan kelas XII tahun lalu” jawab orang itu dengan lembut namun Nadin langsung terdiam ..
“Kak Digta??” jabaw Nadin pelan, dengan derai air mata yang mulai membasahi pipinya.
“iya..Nad ini aku Digta, apa kamu mau mengembalikan bolpoin itu, ??” jawab Digta singkat
“apa bopoin itu sangat berharga?” tanya Nadin dengan masih suara pelan
“iya, bolpoin itu memang sangat berharga buat aku, tapi..bolpoin itu tidak berarti apa apa, aku Cuma pengen memilikinya kembali”.
“aku rasa..aku juga belum menerima kembali kuas yang Kak Digta pinjam waktu melukis di sanggar!!
 “ya tuhaann..iyaa, ‘kamu tenang aja,  aku masih simpen kuas kamu kok!!”...besok kita ketemu ya, dan kalau boleh aku pngen minta No Hand phone kamu, supaya besok kita bisa kontekan.!!”
“iya..Kak boleh..!’ jawab Nadin yg kemudian langsung menutup telponnya setelah menyebutkan No Hpnya pada Digta. Setelah Digta menelpon, dalam seketika perasaan Nadin mulai campur aduk perasaan  senang, sedih, kesal bahkan deg degan karena ia akan bertemu Digta dengan secepat itu. Sikap dan cara bicara Digta di telepon masih sama seperti dulu ia orang yang tidak banyak bicara, menjawab dan bertanya hanya seperlunya saja dan hal itu membuat Nadin sedikit kesal tapi ia coba untuk mengerti , kini Nadin mulai benar benar meyakini hatinya dan  menyadari kalau cerita kebersamaanya dengan Digta itu ternyata belum berakhir.
Keesokan harinya dengan ditemani sang Ibu Nadin bersiap siap untuk menghadiri acara pelepasan disekolah,  saat Nadin akan menaiki mobil ia teringat ada suatu benda yang ketinggalan, sehingga dia kembali lagi kerumah dan mengambil benda itu yang ia simpan baik baik di kotak berbentuk persegi dikamarnya, setelah mengambil benda yang ternyata adalah sebuah pena milik Digta ia langsung berangkat kesekolah.
Dari awal acara pelepasan dimulai, Nadin sedikit tidak menikmati acara itu karena ia terus terusan melihat HP nya dan menunggu telepon dari Digta. Nad??”kamu ga papa kan??” tanya Sofi yang kebetulan duduk disamping Nadin. “aku..gak papa ko sof..”. “ beneran..? dari tadi aku perhatiin kamu liatin HP mulu, teruuuuss....kamu keliatannya resah banget..Nad ” ujar Sofi sambil menatap wajah Nadin, “ iihhh.. sofi, beneran aku ga papa..emmm aku ketoilet bentar ya..??” ujar Nadin yang kemudian langsung meninggalkan Sofi. “iyaa..jangan lama lama ya Nad..” teriak Sofi.  
Dengan Langkah  yang cepat saat menuju ke toilet Nadin melihat banyak sekali alumni angkatan tahun lalu yang datang melihat acara pelepasan, ia langsung  yakin kalau Digta juga pasti ada di sekolah , kemudian ia mencari Digta kebeberapa tempat yg menjadi tempat favorit Digta waktu sekolah dulu, namun setelah hampir setengah jam mencari  Nadin tidak menemukan Digta dimanapun, Hingga ia memutuskan untuk pulang karena acara pelepasan sudah selesai. Diperjalan pulang Nadin hanya memikirkan Digta,dan menunggu bunyi telepon dari Digta sambil terus memegang pena yang akan ia berikan. Baru sampai persimpangan Nadin tiba tiba meminta Ibunya untukmengantarkannya kedanau  yang dulu pernah ia datangi dengan Digta.
“Kamu mau ngapain ke danau?? Tempat itu lumayan jauh loh Nak..?? Ujar Ibu Nadin sambil terus menyetir
“Mahh...Nadin kesana Cuma bentar kok, ntar mamah jemput Nadin lagi jam  4 sore ..”
“ya udah kalau gitu..mamah antar”
............................................................
“Nad... disana kamu hati hati ya..Nak??
“ iya mah...kalau ada apa apa Nadin pasti telpon mamah..” jawab Nadin singkat sambil turun dari mobil. Nadinpun mulai berjalan menuju Danau,ia melihat sebuah sampan yang masih sama seperti dulu, ia mulai teringat betapa senangnya saat saat menaiki sampan berdua dengan Digta, dengan hanya disaksikan kicauan burung dan sayup angin.
“pikiran ku saat ini mungkin tak setenang air danau yang kulihat ini , ,dimana kamu Kak??” ujar Nadin yang masih berdiri ditepi danau, kemudian ia menghelakan nafas,
“diriku bukanlah aku, tanpa kamu yang selalu melengkapi cerita indah dalam hidupku, meskipun semuanya terasa singkat tapi itu benar benar berarti, hanya pena inilah harapanku satu satunya agar aku bisa bertemu sama kamu, dimana sih kamu Kak.....??” ujar Nadin dalam hati sambil melihat pena yang terus ia pegang.
Hampir satu jam setengah Nadin berada di Danau, melihat hari yang semakin  sore Nadin memutuskan untuk pulang, tapi baru 2 langkah Nadin mundur ia dikagetkan oleh seseorang yang memberikan sebuah kuas dari arah belakangnya, kemudian nadinpun langsung membalikan badan dengan perlahan, ia langsung kaget karena orang yang di belakangnya itu ternyata tak lain adalah Digta.

“hei Nad?? Tanya  Digta lembut dan langsung terpesona melihat Nadin yang cantik dan anggun dengan mengenakan kebaya berwarna putih mocca.
“Kak Digta?? tanya Nadin pelan,
“kamu apa kabar Nad?? maaf yahh aku gak nelpon kamu soalnya HP aku lowbet,terus tadi aku kerumah kamu, tapi kata Ibu kamu, kamu ada disini.
“hemmm, aku....alhamduliah baik Ka, emmm oh iya..ini bolpoin Kak Digta..sekarang, Kak Digta udah memilikinya kembali” ujar Nadin sambil memberikan pena itu
“iya..terima kasih ya kamu udah menyimpannya,”
“iyaa sama sama..Kak!!”
“ini kuas kamu Nad, aku kembaliin lagi sama kamu. eemmm  Nad?? sebenarnya siiih aku ga terlalu pengen memiliki kembali bolpoin itu, tapiiii..tapi  aku hanya ingin memiliki kamu Nad.." ujar Digta yang kemudian menggenggam kedua tangan Nadin dengan lembut.  
"memiliki aku?? Tanya Nadin dengan sdikit ga percaya
“iyaa meiliki kamu, aku..aku sebenarnya udah lama suka sama kamu Nad, rasa ini bener bener baru aku alami stelah aku mengenal kamu,  kamu yg  udah ngerubah hidup aku lewat puisi puisi yg sering kamu kirim dulu, kamu juga yang udah menyadarkanku dan mengajakku terbang dari kesendirin dan sepi hingga semuanya menjadi lebih berarti. Selama setahun di bali Aku baru sadar kalau ternyata aku ga bisa jauh dari kamu , daaan cinta yg akan aku cari di yogya itu..itu adalah kamu Nad.
“udah ngomong nya???” ujar Nadin sambil tersenyum ..
“hmmpt?? ko kamu gitu sih Nad!! Aahh BT ahh..!!” aku tuh lagi nembak kamu tau...udah romantis romantis gini juga..” jawab Digta dengan celotehannya,lalu mereka tertawa kecil
“hmmmm bisa cubitin tangan aku gak??” ujar Nadin yang langsung menyodorkan tanngannya.
“hah? Jadi.. kamu ngerasa kalo ini tuh Cuma mimpi? Ya udah sini aku cubit ..
“aaawww sakiiiittt..” hihihii iyaa ini bukan mimpi..
“emang bukan mimpi .., ya udahlah, jadi gimana?? Aku pengen banget mengulang semua itu untuk yang kedua kalinya Nad, tapi aku juga tau kalau aku gak bisa egois untuk memaksamu mencintaiku. aku cuma ingin kamu tau perasaanku ini,
“hmmm aku rasa aku ga perlu deh jawab cinta Kak Digta, karena Kak digta pasti udah tau dari surat surat itu, bagaimana perasaanku sebenarnya sama Kakak.  Dan, perasaanku dari dulu sampai sekarang itu masih sama, ga ada yg berubah.
“ makasih ya Nad...aku sayang bnget sama kamu..” ujar Digta yang kemudian memeluk Nadin, Nadin hanya bisa diam dan tersenyum dalam pelukannya, berharap yang terjadi bukanlah sekedar mimpi belaka. Kini penantian Nadin berbuah manis, penantian akan sebuah harapan yang sebelumnya tidak mungkin ia dapatkan terjawab sudah. Cowok manis,tinggi, dan kalem itu sekarang benar benar menjadi teman hidupnya, karena Nadin memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Bali dan memilih universitas yang sama  dengan Digta, dengan itu Nadin bisa terus bersama sama dengan Digta, menyatukan pena dan kuas agar selalu menggoreskan cerita cinta yang indah diantara mereka.


............The End............ 



3 komentar: